Dalam rangka optimalisasi upaya pencegahan kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) tahun 2017 dan menindaklanjuti arahan Presiden Joko
Widodo pada Rapat Kerja Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun
2017 di Istana Negara tanggal 23 Januari 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KemenLHK) bersinergi dengan berbagai
pihak melaksanakan upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan,
Kementerian LHK, Raffles B. Panjaitan menjelaskan
bahwa upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan melalui
kerjasama antara Kementerian/ Lembaga baik pusat maupun daerah. Sinergi itu
dilakukan antara KemenLHK, TNI, POLRI, BNPB, dan satgas-satgas provinsi. Upaya
pencegahan dilakukan untuk mencegah agar tidak munculnya titik api dan menekan
tingkat bahaya karhutla utamanya di provinsi rawan di Sumatera dan Kalimantan.
Upaya pencegahan karhutla yang telah dilaksanakan yaitu berupa peningkatan
status kedaruratan, patroli terpadu, operasi udara yang meliputi patroli udara,
water bombing, pembuatan hujan buatan/ Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dan
operasi darat yang meliputi patroli mandiri dan pemadaman dini.
Dijelaskan oleh Raffles, tercatat
4 (empat) provinsi rawan karhutla telah menetapkan status siaga darurat. Empat
provinsi tersebut adalah : Riau, Sumatera selatan, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Selatan. Penetapan status siaga darurat belum lama ini dikeluarkan
oleh Provinsi Kalimantan Barat yang menetapkan status siaga darurat terhitung
mulai tanggal 1 Juni 2017 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2017. Provinsi
Kalimantan Selatan menetapkan status siaga darurat terhitung mulai tanggal 15
Juni 2017 sampai dengan tanggal 31 November 2017. Sebelumnya Provinsi Riau
telah menetapkan status siaga darurat terhitung tanggal 24 Januari 2017 s.d. 30
April 2017, kemudian diperpanjang dari tanggal 01 Mei s.d 30 November
2017. Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat terhitung
tanggal 31 Januari 2017 s.d. 31 Oktober 2017.
“Penetapan status siaga darurat ini tidak bukan adalah
ditujukan untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan kewaspadaan terhadap
karhutla”, begitu tandas Raffles.
Patroli Terpadu Pencegahan Karhutla yang tahun 2016
dirasa cukup efektif menekan tingkat angka karhutla, kini di tahun 2017 tetap
dilanjutkan kembali. Raffles mengungkapkan tahun
2017, sampai saat ini Tim Patroli Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan
telah mendirikan dan mengaktifkan posko desa di 115 titik, dengan rincian 65
posko desa di Provinsi Riau yang dapat menjangkau 200 desa disekitarnya. 50
posko desa di Provinsi Sumatera Selatan yang dapat menjangkau 118 desa
disekitarnya. Jadi total desa yang telah dilaksanakan patroli terpadu sebanyak
318 desa di provinsi rawan karhutla. Selanjutnya patroli terpadu akan terus
ditambah jangkauannya di provinsi lainnya juga, seperti Sumatera Utara, Jambi,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
sehingga dengan target sekitar 731 desa rawan karhutla dapat dipantau terus
oleh tim patroli terpadu.
“Patroli
Terpadu ini dirancang oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai
upaya pendekatan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan
mengedepankan prinsip deteksi dini, sosialisasi penyadartahuan kepada masyarakat,kemutakhiran
data, kehadiran petugas di tingkat tapak dan sinergitas antar lembaga dan
masyarakat tingkat desa”, jelas Raffles.
Raffles menerangkan bahwa satu Tim Pelaksana Patroli
Terpadu beranggotakan 6 orang dari unsur Manggala Agni (KemenLHK), TNI, POLRI,
Masyarakat Peduli Api (MPA), aparat desa/tokoh masyarakat/LSM. Setiap tim
dilengkapi dengan 3 sepeda motor trail, peralatan pemadaman dini dan
perlengkapan sosialisasi, dengan sasaran desa rawan kebakaran hutan dan lahan.
Lokasi sasaran patroli terpadu adalah berbasis desa yang merupakan satuan
wilayah pemangkuan terkecil dengan melibatkan peran masyarakat setempat untuk
mengamankan lingkungan masing-masing dan membentuk serta mengaktifkan
posko-posko tingkat desa. Posko ini berperan sebagai simpul komunikasi dan
koordinasi di tingkat lapangan.
Terkait operasi udara, Raffles menyampaikan
bahwa telah dilakukan water bombing di tiga provinsi rawan
yaitu Provinsi Riau sebanyak 1.968 sorti dengan total air yang dijatuhkan
sebanyak 7.750.950 liter, Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 76 sorti dengan
total air yang dijatuhkan sebanyak 53.200 liter, dan Kalimantan Barat sebanyak
35 sorti dengan total air yang dijatuhkan sebanyak 42.000 liter. Selain itu
telah dilakukan pembuatan hujan buatan di Provinsi Sumatera Selatan. Tercatat
sudah 24 kali penerbangan untuk upaya Teknologi Modifikasi Cuaca ini dan
sebanyak 21,8 ton garam telah disemai di wilayah udara Kabupaten Banyuasin,
OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, OKU Timur, PALI dan Kota Palembang.
Untuk mendukung operasi udara ini, Raffles menyampaikan
sampai dengan saat ini Kementerian LHK telah menempatkan helikopter di Provinsi
Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Helikopter bertype Bell 412 ini
digunakan untuk patroli udara dan early suppression khususnya
pada daerah yang tidak bisa terjangkau oleh petugas pemadaman darat. Dukungan
udara juga dilakukan oleh BNPB, yang telah menempatkan 7 unit Helikopter di
Riau sejak 28 Mei 2017, dimana 2 unit di siagakan di Lanud Medang Kampai Dumai
dan 5 unit di Lanud Rusmin Nurjadin Pekanbaru. Adapun jenis helikopter tersebut
adalah 1 unit MI 171, 2 unit MI 172, 1 unit MI 8MVT, 1 unit Bolcow BO 105, 1
unit Sikorsky dan 1 unit Hely Superpuma. Sementara di Sumatera Selatan, BNPB
juga telah menempatkan 2 unit Helikopter untuk waterbombing yaitu Bell 214
dengan kapasitas angkut air 3 ton air dan MI dengan kapasitas angkut air 4 ton
air, serta Pesawat Cassa 1 unit untuk mendukung pembuatan hujan buatan.
Raffles menerangkan, untuk operasi darat, sampai Juni 2017
kebakaran hutan dan lahan yang telah ditangani oleh Brigade Pengendalian
Karhutla KemenLHK- Manggala Agni seluas 1.448,49 Ha. Operasi darat ini juga
didukung oleh BPBD dan satgas provinsi. Sementara patroli mandiri yang menjadi
tugas rutin Manggala Agni terus dilakukan di 37 daops yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Khusus di kawasan hutan konservasi, patroli
juga dilakukan oleh para petugas BKSDA di provinsi rawan dan petugas Balai
Taman Nasional.
Langkah sinergi pencegahan karhutla terus diupayakan
dalam mengantisipasi potensi kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Ini dilakukan agar kejadian karhutla di Indonesia terus ditekan. Sehingga
bencana dan kerusakan lingkungan yang kerap timbul akibat karhutla dapat
dikendalikan. Hutan lestari, lingkungan terjaga untuk masa depan Indonesia.
Sumber : http://ditjenppi.menlhk.go.id
Sumber : http://ditjenppi.menlhk.go.id

No comments:
Post a Comment